Saat sedang menjalankan tugas negara (begitulah kelakar saya ketika menunaikan tugas kemanusiaan),
saya berkesempatan berdiskusi dengan salah satu staf yang menjadi
bagian dari tim yang berangkat kali ini. Sambil meminggirkan mobil,
menyeruput es cendol, ditemani semilir angin sawah, saya iseng bertanya, “Agus, saya dengar anda kuliah S-2?” “Iya mas, alhamdulillah satu semester lag,i” jawab agus. “Wah mantap, beasiswa ya?” saya terus menimpali. “Gak mas,
biaya sendiri. Walaupun gaji saya habis 70%-nya untuk kuliah, tapi saya
percaya matematika Allah karena niat saya meningkatkan kualitas dan
menghidupi keluarga pasti akan dibantu oleh yang Maha Kaya,” demikian
agus berseloroh meyakinkan saya.

Hari ini pula saya dipertemukan dengan tukang kerupuk yang tunanetra, Salim
yang dengan percaya dirinya berjualan dari gang ke gang, demi menjaga
sebuah kemandirian hidup tanpa harus merengek iba kepada setiap orang.
Dari pagi sampai petang bergerilya dibantu tongkat besi yg sudah
berkarat, demi sebuah harga diri, dia akan marah bila ada orang yang
memberinya uang tapi tidak beli kerupuknya.
“Saya bukan pengemis, saya penjual kerupuk dan saya pantang menerima
uang tanpa ada membeli kerupuk saya. Alhamdulillah, dari jualan kerupuk
saya bisa ngontrak dan hidupi istri dan anak saya.” Sontak saya bisu
sesaat dan emosi saya ada pada titik terendah saat pria ini berhenti
bicara.
Saya yakin banyak cerita yang semirip di atas di mana kadang akal
kita menangkap ketidakmungkinan seseorang bertahan hidup dengan akses
dan kemampuan yang terbatas, logika berfikir kita normatif menyangkal
realita yang ada, bahwa seseorang tetap bisa memenuhi kebutuhan dasar
dengan situasi yang kita anggap kurang berpihak kepadanya.
Tapi itulah matematika Allah. Matematika yang sukar dinalar lewat
perantara otak manusia. Matematika yang justeru menuntun kita untuk
senantiasa menjaga derajat syukur kita di hadapan Allah dan mengusik
mental kemandirian kita untuk tetap konsisten, optimis dalam menjalankan
hidup. Agus, Jono dan Salim adalah representasi matematika
Allah yang harusnya menuntun kita menjadi pribadi yang bertakwa,
bersyukur dan optimis dalam meraih kesuksesan dunia akhirat. Allah
jamin rizki hambanya. … Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (at Thalaq : 3).
Allah berfirman, “Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang
dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap tia Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang
dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap tiap sesuatu.” (Ath Thalaq: 3).
Sumber : disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar