Minggu, 23 September 2012

Batu Ginjal dan Sedekah



Kisah berikut ini disampaikan oleh Ustad Sayyid Juwail. Sebuah keluarga yang terdiri atas bapak dan anak laki-laki tinggal di sebuah rumah sederhana. Ibu anak itu telah rneninggal beberapa tahun yang lalu. Suatu hari, si bapak mengeluhkan sakit yang luar biasa, yang tidak diketahui sebabnya. Karena tak tahan lagi, dia dan anaknya pergi ke dokter untuk mengetahui penyakitnya.



Setelah dokter memeriksanya lewat komputer, ternyata si bapak menderita sakit batu ginjal. Dokter menyarankan agar dilakukan operasi untuk mengeluarkan batu tersebut. Lalu, bapak dan anaknya kembali ke rumah untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum operasi dilakukan.

Keesokan paginya, si anak pegi ke kantor seperti biasa. Hari ini, tepat satu bulan dia bekerja di kantor tersebut. Itu berarti dia akan menerima gaji pertamanya. Tentu saja, dia sangat gembira. Dan yang lebih menggembirakan, dia bisa meringankan biaya operasi bapaknya.

Di tengah perjalanan pulan, si anak melihat seorang kakek tua yang fakir. Bajunya kumal. Wakahnya menampakan kelelahan.

Si anak sangat kasihan melihat keadaan kakek tua itu. Dia sempat bimbang, menolong bapaknya atau bersedekah ? Dia pun memutuskan untuk bersedekah kepada kakek tua itu. Semua gaji pertamanya dia sedekahkan, disertai doa semoga Allah menyembuhkan bapaknya. Si anak tidak bisa membayangkan seandainya bapaknya seperti kakek tua itu. Setelah menyerahkan sedekahnya, cepat-cepat dia pulang. Dia mencemaskan bapaknya yang sedang sakit sendirian di rumah.

Sesampainya di rumah, si anak mengetuk pintu. Ternyata dia disambut bapaknya dengan wajah gembira.

“Alhamdulillah, Anakku. Beberapa saat yang lalu, Bapak merasa sakit sekali. Lalu Bapak pergi ke WC untuk buang air kecil. Tanpa disengaja, batunya keluar. Sekarang, Bapak merasa nyaman, tidak sakit lagi”.

Kontan saja, si anak menangis karena sangat bahagia mendengar cerita bapaknya. Segala puji bagi Allah yang telah mendengar doa hamba-Nya

Sumber : buku Kehebatan Sedekah  : Kisah-kisah Seru Tentang Kedermawanan dan Kemurahan Hati karya Fuad Abdurrahman hal 128-129

Tidak ada komentar:

Posting Komentar